Kerajaan Mataram Hindu / Mataram Lama di
Jawa Tengah.
A. Letak dan Sumber Sejarah
Kerajaan Mataram Hindu,
Berlokasi di pedalaman Jawa tengah, di sekitar daerah yang banyak dialiri
sungai. Letak ibu kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan, ada yang
menyebut Medang di Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud
belum jelas, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan
(berdasarkan letak prasasti yang ditemukan).
Kedua prasasti
peninggalan Mataram Hindu sama-sama menyebutkan nama Sanjaya yang merupakan
anak dari Sanna, Raja ketiga Galuh, yang beristri Sannaha. Sannaha adalah cucu
ratu Shima, Penguasa Kerajaan Kaling. Adapun kedua Prasasti dari Kerajaan
Mataram Hindu adalah Prasasti Canggal dan Prasasti Mantyasih.
a.Prasasti Canggal
Prasasti Canggal yang
ditandai dengan Candrasengkala Cruti Indra Rasa = 654 C = 732 M. ditemukan di
kompleks Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini berbahasa sanskerta dan hurufnya Pallawa
.
Isinya asal-usul
Sanjaya, Menurut prasasti iini Jawa awalnya dipimpin oleh Raja Sanna, ia
memerintah dengan sangat adil, setelah ia wafat, digantikan oleh putranya yang
bernama Sanjaya. Diceritakan Sanjaya melakukan pembangunan lingga di bukit
Stirangga, Desa Kuntjarakuntja di prasasti ini. Selain itu dijelaskan pula
keadaan pulau jawa yang sangat makmur, kaya akan padi dan emas. Keadaan
kerajaan digambarkan sangat tentram.
b. Prasasti Mantyasih
Prasasti
Mantyasih atau Prasasti Balitung berangka
tahun 829 Çaka atau bertepatan dengan 11 April 907 M, ditulis dengan
menggunakan aksara dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti ini
berasal dari Wangsa Sanjaya. Prasasti Mantyasih ditemukan di Kampung Meteseh
Kidul, Desa Meteseh, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, Provinsi Jawa
Tengah.
Isinya adalah daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja
Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai
pewaris tahta yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang
berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Nama raja yang ditulis
antara lain :
Raja Sanjaya,
Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan,
Rakai Warak,
Rakai Garung,
Rakai Pikatan,
Rakai Kayuwangi,
Ratu Watuhumalang,
Rakai Watukura Dyah Balitung.
Dalam
prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai
desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat
ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara
penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula tentang
keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing yang sekarang dikenal dengan Gunung Sindoro dan Sumbing.
B. Kondisi Kerajaan
a. Segi Pemerintahan
Setelah Sanjaya wafat,
penggantinya adalah Rakai Panangkaran, kuat dugaan bahwa semenjak Rakai
Panangkaran berkuasa Dinasti Syailendra (dari Kerajaan Sriwijaya) mulai
mengasai Mataram dan menjadikan raja-raja dari Dinasti Sanjaya sebagai Bawahan.
Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa Rakai Panangkaran, kerap membangun candi
bercorak Budha pada masa pemerintahannya seperti Candi Sewu, Plaosan, dan
Kalasan. Pembangunan Candi Kalasan sendiri merupakan perintah dari Maharaja
Wisnu, Raja dari Dinasti Syailendra. Setelah Rakai Panangkaran, Dinasti
Syailendra masih berkuasa atas Mataram Kuno selama kurang lebih satu abad.
Sampai pada akhirnya
terjadi perebutan antara Rakai Pikatan dan istrinya Pramodhawardhani, (Dinasti
Sanjaya) melawan Balaputradewa (Dinasti Syailendra). Balaputradewa sendiri
kalah dan menyingkir ke Sriwijaya, tempat nenek moyangnya. Kelak dibawah
pimpinan Balaputradewa, Sriwijaya mencapai jaman keemasaan.
Dengan ini berakhirlah
kekuasaan Dinasti Syailendra atas Mataram Kuno. Dibawah Pemerintahan Rakai
Pikatan wilayah kekuasaan Mataram Kuno meluas sampai ke Jawa Timur. Adapun
setelah Rakai Pikatan wafat, Raja yang menggantikannya secara berturut-turut
adalah Rakai Kayuwangi, Ratu Watuhumalang,
Rakai Watukura Dyah Balitung, Daksa (910 –919) Tulodong (919 – 921) dan Wawa (921 –
927). Wawa adalah raja terakhir Dinasti Sanjaya.
b. Segi Sosial Budaya
Masyarakat Mataram Kuno
terbilang maju dalam hal budaya, terbukti dengan banyaknya bangunan candi yang
dibuat, Termasuk dua Candi besar yang sangat termahsyur. Tidak lain adalah
Candi Borobudur yang dibuat pada masa pemerintahan Samaratungga dari dinasti
Syailendra yang bercorak Budha. Dan yang kedua adalah Candi Prambanan yang
dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan selesai pada masa
pemerintahan Daksa dari Dinasti Sanjaya yang bercorak hindu.
c. Segi Ekonomi
Melihat dari letak
wilayah kerajaan yang berada di dekat aliran sungai, dan informasi dari
prasasti canggal yang menyebutkan jawa kaya akan padinya, kemungkinan besar
mata pencaharian penduduknya sebagian besar dari bercocok tanam.
d. Segi Agama
Pemerintahan kedua
dinasti yang berbeda agama, dapat berjalan dengan rukun. Dibawah pemerintahan
Dinasti Syailendra toleransi agama masih terjaga. Terbukti dengan Candi-candi
yang berada di Jawa Tengah bagian utara bercorak Hindu, Sedangkan bagian selatan
bercorak Budha. Hal ini menjadi bukti bahwa kerukunan hidup umat
beragama di Indonesia sudah ada sejak dulu.
C. Keruntuhan
Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu Sindok menantu Wawa yang memindahkan
kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyana pada
tahun 928 M. Konon pemindahan ini dikarenakan letusan Gunung Merapi, gempa
vulkanik, dan hujan material vulkanik yang membuat kacau banyak daerah di Jawa
Tengah. Di Jawa timur ini Mpu Sindok mendirikan Kerajaan Medang Kamulan.
0 komentar:
Posting Komentar