Kali ini, kita akan membahas sebuah kerajaan yang dulu cukup terkenal, dan bahkan sampai saat ini bahasa nya juga masih dipakai di beberapa suku di Indonesia. nama kerajaan tersebut adalah kerajaan melayu.
Kerajaan Melayu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di sekitar Jambi.
Sumber Sejarah Kerajaan Melayu
Berita Asing
Salah satu yang menjadi rujukan tentang kerajaan Melayu dari luar negeri adalah sumber berita berasal dari Cina, dari Dinasti Tang. Menyebutkan pertama kalinya tentang datangnya utusan dari negeri Mo-Lo-Yeu, pada tahun 544-545 (Paul Pelliot). Nama Mo-Lo-Yeu ini dapat dihubungkan dengan negeri Melayu yang letaknya di pantai Timur Sumatera dan Pusatnya sekitar Jambi (Sartono, 1975). Berita I-Tsing 872 menyatakan bahwa dalam perjalanannya dari Kanton menuju India, singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Tata Bahasa Sangsakerta, kemudian Ia singgah di Melayu selama dua bulan untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India.
Berita I-Tsing selanjutnya menyatakan bahwa pada abad ke-7 Melayu memegang peranan penting dalam lalu lintas pelayaran dari India ke negeri-negeri seelah barat selatan Malaka. Demikianlah bahwa Melayu selain sebagai nama kerajaan juga ibu kota kerajaan sekaligus sebagai kota pelabuhan. Chau-Yu-liua (1225) dalam bukunya Chu-Fan-Shih menceritakan bahwa Palembang adalah daerah taklukan Jambi (Melayu).
Prasasti
Prasasti Masjusri
Prasasti Masjusri
Pada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa pada tahun 1343, Adityawarman bersama-sama dengan Gajah mada menaklukkan Bali.
Prasasti Amoghapasa
Menurut prasasti Amoghapasa yang dikeluarkan oleh raja Kertanegara pada tahun 1286 atau 1208 Saka yang ditemukan di daerah Darmasraya (Jambi), bahwa pada abad ke 13 pusat kekuasaan Melayu berada di Damasraya.
Prasasti Padang Roco
Isi dari prasasti tersebut adalah sebagaimana yang diterjemahkan oleh Prof. Slamet Muljana:
Prasasti Kedukan Bukit
prasasti ini menceritakan penundukan Kerajaan Melayu oleh Sriwijaya
Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah akibat serbutan dahsyat Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti yang ditemukan di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan Vijayabahu di Srilangka (1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa pada pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil memerdekakan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.
Prasasti Amoghapasa
Menurut prasasti Amoghapasa yang dikeluarkan oleh raja Kertanegara pada tahun 1286 atau 1208 Saka yang ditemukan di daerah Darmasraya (Jambi), bahwa pada abad ke 13 pusat kekuasaan Melayu berada di Damasraya.
Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan di kompleks percandian Padangroco, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Pada tahun 1911 dari Padangroco ditemukan sebuah alas arca Amoghapāśa yang pada empat sisinya terdapat prasasti (NBG 1911: 129, 20e). Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan aksara Jawa Kuna, dan memakai dua bahasa (Melayu Kuna dan Sansekerta) (Krom 1912, 1916; Moens 1924; dan Pitono 1966).
Isi dari prasasti tersebut adalah sebagaimana yang diterjemahkan oleh Prof. Slamet Muljana:
- Bahagia ! Pada tahun Śaka 1208, bulan Bādrawāda, hari pertama bulan naik, hari Māwulu wāge, hari Kamis, Wuku Madaņkungan, letak raja bintang di baratdaya ...
- Tatkalai itulah arca paduka Amoghapāśa lokeśwara dengan empat belas pengikut serta tujuh ratna permata dibawa dari bhūmi jāwa ke swarnnabhūmi, supaya ditegakkan di dharmmāśraya,
- sebagai hadiah śrī wiśwarūpa kumāra. Untuk tujuan tersebut pāduka śrī mahārājādhirāja kŗtanagara wikrama dharmmottunggadewa memerintahkan rakryān mahā-mantri dyah adwayabrahma, rakryān śirīkan dyah sugatabrahma
- samagat payānan hań dīpankaradāsa, rakryān damun pu wīra untuk menghantarkan pāduka Amoghapāśa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap rakyat di bhūmi mālayu, termasuk brāhmaņa, ksatrya, waiśa, sūdra dan terutama pusat segenap para āryya, śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa.
Prasasti Kedukan Bukit
prasasti ini menceritakan penundukan Kerajaan Melayu oleh Sriwijaya
Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah akibat serbutan dahsyat Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti yang ditemukan di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan Vijayabahu di Srilangka (1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa pada pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil memerdekakan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.
Kitab Negara Kertagama dan Pararaton
Negara Kertagama dan Pararaton memberitakan bahwa pada tahun 1275 masa pemerintahan Sri Kertanegara dikirim ekspedisi dari Singosari ke Swarnabumi yang disebut Pamalayu. Dalam Kertagama Pupuh XLI/5 diuraikan dengan jelas tentang pengiriman tentara Singosari ke Melayu itu. Untuk menghadapi perluasan kekuasaan bangsa Mongol, sebagai persahabatan, maka raja Kertanegara mengirimkan sebuah arca Amoghapasa yang merupakan hadiah dari raja Kertanegara untuk Sri Maharaja Mauliwarmadewa. Patung ini ditempatkan di tempat suci Dharmasraya.
Kerajaan Melayu Berpusat Di Jambi
a. Letak Geografis
Kerajaan Melayu terletak di Pantai Timur Sumatera dan pusatnya di sekitar Jambi. Karena letaknya yang strategis di tepi pantai dekat Selat Malaka, maka kerajaan Melayu merupakan jalan perdagangan yang ramai sekaligus merupakan jalan yang terdekat antara India dan Cina. Pada suatu saat, Melayu memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan.
b. Keagamaan
Penduduk di daerah Melayu pada mulanya memeluk agama Budha Hinayana, tetapi kemudian memeluk agama Budha Mahayana. Hal ini karena kegiatan dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala yang datang dari India. Ia mula-mula mengajar di Nalanda kemudian pergi ke Swarnadwipa.
c. Pemerintahan
Melayu merupakan suatu kerajaan besar yang berada di pulau Sumatera pada abad ke 7 masehi. Dari ekspedisi pamalayu yang dikirimkan oleh Kertanegara dapat diketahui bahwa di kerajaan Melayu memerintah seorang raja yang bernama Mauliwarmadewa. Setelah itu, dari prasasti-prasasti yang dijumpai di Minangkabau, dapat diketahui pula bahwa pada abad ke 14 masehi, memerintah seorang raja yang bernama Adityawarman.
Pemerintahan Adityawarman
Adityawarman adalah anak dari Adwayawarman. Sebenarnya ia adalah keturunan raja Majapahit. Segera setelah Adityawarman menjadi raja, ia mulai menyusun kembali kerajaan peninggalan raja Mauliwarmadewa. Ia mulai meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke Pagarruyung. Usaha ini dilakukannya pada tahun 1347. Setelah usahanya berhasil ia mengangkat dirinya sebagai maharaja diraja. Gelar yang dipakainya ialah Udayadityawarman atau Adityawarmadaya Pratapa Parakrmarajendra mauliwarmadewa.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Adityawarman dapat diketahui bahwa ia adalah penganut agama Budha Tantrayana. Adityawarman digantikan oleh anaknya yang bernama Anangawarman.
Sumber Referensi;
[1]. Aziz, Maleha. 2007. Sejarah Kebudayaan Melayu. Pekanbaru. Cendekia Insani
[2]. Wikipedia. Link; http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu
[3]. http://malaladot-com.blogspot.co.id/2011/06/prasasti-padang-roco-dharmasraya.html
[3]. http://malaladot-com.blogspot.co.id/2011/06/prasasti-padang-roco-dharmasraya.html
0 komentar:
Posting Komentar